Nabi Palsu Thulaihah Al-Asadi
Dia masuk Islam pada tahun 9 H, kemudian murtad dan menganiaya dirinya sendiri. Dia mengaku sebagai seorang nabi di Nejed, kemudian berperang melawan pasukan Islam dan akhirnya kalah, terlantar, dan ditemukan oleh keluarga Al Ghassan di Syam. Setelah itu dia dirawat dan masuk Islam lagi.
Ia adalah orang yang dilaknat lalu dimuliakan. Dilaknat karna ia pernah mengaku sebagai Nabi, dan mulia karena ia syahid di medan perang.
Di zaman Jahiliyyah, dia terkenal sebagai seorang dukun terkemuka. Banyak didatangi dan dimintakan nasehat. Profesinya sebagai dukun, telah mengangkat figur dan ketokohan Thulaihah di tengah masyarakat pada saat itu. Maklum, saat itu masyarakat Jahiliyyah senang dengan ramalan-ramalan dukun dan tukang sihir. Sehingga posisi Thulaihah begitu kuat di mata masyarakat.
Ketika Islam diturunkan ke jazirah Arab, dan Rasul SAW mulai menjalankan dakwahnya, popularitas Thulaihah mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan oleh ketegasan ajaran Islam yang melarang umatnya untuk konsultasi dan mengantungkan harapan nasib pada dukun. Konsultasi pada dukun merupakan bagian dari perilaku kemusyrikan, yang jika terbawa mati, maka dosa itu tdk akan diampuni.
Turunnya popularitas Thulaihah menimbulkan bara dendam di hatinya, karena kondisi tersebut menjadikan ia kembali menjadi rakyat biasa. Kedatangan dakwah Muhammad SAW telah mengakibatkan "bisnis perdukunannya" mengalami penurunan drastis. Singkat cerita, begitu mendengar Rasul SAW sakit, Thulaihah seperti mendapat angin segar. Ia menemukan peluang. Peluang untuk mengembalikan kejayaan dan ketokohannya, persis seperti pada zaman sebelum Rasul SAW.
Akhirnya, ketika Rasul SAW wafat, maka kesempatan tersebut ia manfaatkan dengan mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi baru(palsu). Apa isu yang dibawa oleh Thulaihah sebagai Nabi baru pada saat itu? Ia pun memulai dengan ajaran baru tentang shalat. Thulaihah mengatakan bahwa dalam sholat, manusia tidak pantas untuk melakukan sujud. Kata Thulaihah, kepala dan wajah tdk diciptakan oleh Tuhan untuk dihinakan dengan mencium bumi lima kali sehari. Thulaihah pun menghapuskan kewajiban bayar zakat pada orang-orang kaya. Pernyataannya ini mendapat sambutan sebagian masyarakat. Yang mendukung Thulaihah antara lain orang-orang kaya yang lemah imannya dari suku al-asadi dan Ghathafan. Ajarannya lalu menyebar, kabilah-kabilah di sekitar Madinah pun banyak yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat Thulaihah.
Merasa mendapat dukungan yang cukup dari sbagian masyarakat, Thulaihah pun nekat berangkat ke Madinah untuk menemui Abu Bakar ra. Thulaihah meminta Abu Bakar untuk mengakuinya sebagai Nabi dan mengajaknya untuk hidup berdampingan secara damai. Thulaihah merasa bahwa ajarannya ini, meski berbeda dengan ajaran Rasul SAW, layak diberikan kesempatan untuk berkembang. Thulaihah sangat percaya diri dengan jumlah massa di belakangnya yang dianggap olehnya berjumlah cukup besar.
Setelah menemui Abu Bakar, dan menyampaikan pernyataannya sebagai Nabi sekaligus menghapus kewajiban zakat, Thulaihah pun kembali. Setelah Thulaihah pulang, malam itu juga Khalifah Abu Bakar mengundang sejumlah sahabat untuk bermusyawarah tentang langkah yang akan diambil. Pembicaraan Abu Bakar dengan para sahabat sangat serius. Ada yang mengusulkan supaya khalifah bersikap lunak sampai pasukan Usamah datang. Saat itu pasukan Usamah bin Zaid dikirim untuk memerangi pasukan Romawi. Namun Abu Bakar mengambil langkah tegas. Meski sudah tua, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi Thulaihah. Syariat Islam tidak boleh dinodai. Komentar terkenal Abu Bakar yang terekam dalam sejarah adalah: “Demi Allah, aku akan perangi orang-orang yang memisahkan shalat & zakat”.
Akhirnya, malam itu juga Abu Bakar memutuskan untuk memberangkat pasukan yang langsung ia komandoi. Para sahabat lain meminta Abu Bakar tetap tinggal di Madinah, tapi ditolaknya. Ia bersikeras memimpin langsung pasukan tersebut. Pada saat itu, rombongan pasukan Thulaihah masih berada di perbatasan Madinah. Mereka terkejut ketika melihat pasukan Abu Bakar. Pasukan Thulaihah pun kocar- kacir mendapat serangan pasukan Abu Bakar. Bahkan sbagian mereka melarikan diri ke Bani Ghathafan. Namun demikian, Thulaihah berhasil melarikan diri ke Syria, di bawah perlindungan Ghassani.
Inilah kemenangan pertama pasukan Abu Bakar dlm sejarah, yang membuat sebagian kabilah yang ingin murtad, untuk mengurungkan niatnya. Abu Bakar pun memerintahkan Khalid bin Walid untuk menyisir dan melumpuhkan sisa-sisa kekuatan pasukan Thulaihah. Dengan kepiawaiannya, Khalid bin Walid akhirnya mampu melumpuhkan kantong-kantong kekuatan Thulaihah.
Yang menarik, meski Abu Bakar mengambil tindakan tegas, namun kelembutan tetap beliau tunjukkan thd para tawanan, pengikut Thulaihah. Kelembutan beliau membuat Uyainah bin Hishan, seorang tokoh utama suku Ghathafan, tangan kanan Thulaihah, sadar dan masuk Islam. Abu Bakar pun tak henti-hentinya menyerukan Thulaihah dan para pendukungnya yang tersisa untuk bertobat dan kembali pada Islam. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayangnya, akhirnya Thulaihah pun sadar dan bertobat, di akhir masa pemerintahan Abu Bakar.
Kesadaran dan tobatnya Thulaihah ia tunjukkan dengan sejumlah langkah nyata. Antara lain, ia sempat melakukan ibadah haji dan umroh sebelum Abu Bakar wafat. Kemudian Thulaihah pun aktif berperang di zaman Umar bin Khattab menjadi khalifah. Ia menjadi prajurit Islam yang tangguh. Sejarah mencatat, kiprah Thulaihah berujung dengan syahidnya beliau di Perang Nahawand, di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash.
Belum ada Komentar untuk "Nabi Palsu Thulaihah Al-Asadi"
Posting Komentar