Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Modern

IndoINT.com_ Mantra merupakan bentuk puisi yang paling tua. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan kata-kata pilihan yang berkekuatan gaib yang oleh penciptanya dipandang memperindah kontak dengan Tuhan.
Contoh:
Seri Dangomala, Seri Dangomala!
hendak kirim anak sembilan bulan,
segala inang, segala pengasuh,
jangan beri sakit, jangan beri demam,
jangan beri ngilu dan pening,
kecil menjadi besar, 
tua menjadi muda,
yang tak kejap diperkejap,
yang tak sama dipersama,
yang tak hijau diperhijau,
yang tak tertinggi dipertinggi,
hijau seperti air laut,
tinggi seperti Bukit Kap.
                                Oleh: Skeat
                                Dari: Malang Magic
 Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia untuk memohon sesuatu kepada Tuhan Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Modern
www.IndoINT.com
  • Bidal
Bidal merupakan kata-kata kiasan dengan tujuan tertentu. Misalnya, sepasang subang dikiaskan kepada gadis yang masih suci. 
Macam-macam bidal sebagai berikut.
1) Pepatah
Pepatah adalah kiasan yang dipergunakan mematahkan pembicaraan orang lain.
Contoh:
a) Air beriak tanda tak dalam.
b) Air jernih ikannya jinak
2) Ungkapan
Ungkapan adalah kiasan yang sangat singkat, biasanya dinyatakan dengan sepatah atau dua patah kata.
Contoh:
a) Jangan mudah percaya terhadap kabar angin.
b) Karena sikapnya yang rendah hati, Borneo memunyai banyak teman.
3) Perumpamaan
Perumpamaan adalah kiasan yang dipergunakan untuk perbandingan yang ditandai dengan kata-kata: bagai, sebagai, seperti, bak, laksana.
Contoh:
a) Bagai menghasta kain sarung
b) Seperti anjing dan kucing
c) Bak rembulan di malam hari
d) Laksana punguk merindukan bulan
4) Tamsil
Tamsil adalah kiasan yang berima atau bersajak, dan berirrama.
Contoh:
a) Diam ubi, makin lama makin berisi.
b) Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
5) Ibarat
Ibarat adalah kiasan yang dipergunakan untuk lambang suatu perbuatan.
Contoh:
a) Bagai bunga segar dipakai layu dibuang.
b) Ibarat perahu takkan karam sebelah.
6) Pemeo
Pemeo adalah kata-kata yang dipergunakan sebagai slogan untuk membangkitkan semangat.
Contoh:
a) Sekali merdeka, tetap merdeka
b) Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
  • Pantun
Pantun adalah puisi Indonesia asli.
Dilihat dari bentuknya, pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Terdiri atas empat baris, dua baris merupakan sampiran dan dua baris merupakan isi.
2) Bersajak a-b-a-b.
3) Tiap baris terdiri atas empat sampai lima kata.
4) Tiap baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.
Dilihat dari isinya, pantun terbagi menjadi.
1) Pantun anak-anak   : pantun berduka cita, pantun bersuka cita.
2) Pantun pemuda    : pantung dagang/nasib, pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun beriba hati, pantun jenaka.
3) Pantun orang tua    : pantun nasihat, pantun adat, pantun agama.
 Contoh:
Anak ayam turun sepuluh,
mati satu tinggal sembilan.
Tuntut ilmu bersungguh-sungguh,
jangan sampai ketinggalan
  • Pantun Kilat dan Karmina
Pantun kilat pada dasarnya sama dengan pantun, tetapi hanya terdiri atas dua baris dan bersajak a-a. Baris pertama berisi sampiran dan baris kedua berupa isi.
Contoh:
a) Sudah gaharu, cendana pula,
sudah tahu bertanya pula.
b) Dahulu parang, sekarang besi,
dahulu sayang, sekarang benci.
  • Seloka
Seloka adalah pantun berkait atau pantun rantai
Ciri seloka:
1) Kalimat kedua dan keempat pada bait pertama menjadi baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikian seterusnya.
2) Isi, sajak, dan irama sama dengan pantun.
Contoh:
Jalan-jalan sepanjang jalan,
singgah-menyinggah di pagar orang.
Pura-pura mencari ayam,
ekor mata di anak orang.

Singgah-menyinggah di pagar orang,
enak bicara sambil berjalan.
Ekor mata di anak orang,
bisa untung mendapat kenalan.
  • Talibun
Talibun pada dasarnya sama dengan pantun. Talibun memiliki ciri sebagai berikut.
1) Terdiri atas enam, delapan, dan sepuluh baris.
2) Sebagian baris berupa gambaran alam, sedangkan sebagian baris terakhir merupakan isi yang sebenarnya. 
3) Bersajak a-b-c/a-b-c, a-b-c-d/a-b-c-d, a-b-c-d-e/a-b-c-d-e.
Contoh:
kalau anak pergi ke pekan   (a)
yu beli belanak pun beli      (b)
ikan panjang beli dahulu     (c)
kalau anak pergi berjalan    (a)
ibu cari sanak pun cari        (b)
induk semang cari dahulu   (c)
  • Syair
Syair berasal dari bahasa Arab: syu'ur yang berarti perasaan.
Ciri syair:
1) Satu bait terdiri atas empat baris yang merupakan isi semua (tidak sampiran).
2) Tiap baris terdiri atas empat sampai lima kata.
3) Tiap baris terdiri atas delapan sampai sepuluh suku kata.
4) Bersajak a-a-a-a.
Contoh:
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula satu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
  • Gurindam
Ciri gurindam:
1) Terdiri atas dua baris.
2) Baris pertama merupakan perbuatan dan baris kedua merupakan akibatnya.
3) Bersajak a-a.
 Contoh:
1) Kalau terpelihara mata,         (a)
kuranglah cita-cita                     (a)
2) Kalau terpelihara kuping      (a)
kabar yang jahat tiada damping (a)
3) Kurang pikir kurang siasat    (a)
tentu dirimu kelak tersesat         (a)
 2. Puisi Baru
Puisi baru dimulai pada zaman angkatan Pujangga Baru. Ciri puisi baru bertentangan dengan puisi lama. Jika pada puisi lama ada aturan jumlah suku kata tiap baris, jumlah kata tiap baris, jumlah baris tiap bait, dan sebagainya, puisi baru tidak demikian. Puisi baru sudah bebas dari aturan-aturan tersebut.
  • Berdasarkan bentuknya, puisi baru terbagi menjadi.
Distikon (terdiri atas dua baris)
Contoh:
....
Aku ditaruh di atas meja lantas dikelupas
Kulit demi kulit
Juga dagingku selapis demi selapis
Juga tulangku dipatahkan sepotong-sepotong.
                          Oleh: Subagio Sastrowardoyo

Terzina (terdiri atas tiga baris)
Contoh:
Di Mana Tempat Cinta Sejati
Bukan di rimba lebat nan sunyi,
Bukan di puncak bukit yang tinggi,
Bukan di pinggir samudera yang sepi.

Jangan dicari di tempat memuja,
Di kuil tempat membakar dupa,
Di dalam gua tempat bertapa.
....
                          Oleh: Intoyo
                          Dari: Pujangga Baru

Quartain (terdiri atas empat baris)
Contoh:
Sebab dikau
Kasihan hidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku

Hidup seperti mimpi
Laku lakon di layar terkelar
Aku pemimpin lagi penari
Sadar siuman bertukar-tukar
....
                           Oleh: Amir HAMZAH
                           Dari: Nyanyi Sunyi

Quint (terdiri atas lima baris)
Contoh:
Hanya kepada Tuhan
Satu-satunya perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
Kepada Tuhan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya resahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada Tuan
Yang pernah diresahgelisahkan
....
                                Oleh: Or Mandank
                                Dari: Pujangga Baru

Sextet (terdiri atas enam baris)
Contoh:
Jiwa Telah Meranggas
Jiwaku pohon telah meranggas,
Terunjam terhening di senja hari,
Mengedangkan tangan tegang mati,
Hari bening tenang suci,
Bulan bersih di kelir terentang,
Sepi sunyi alam menanti.
                         Oleh: Armijn Pane
                         Dari: Jiwa Berjiwa

Septine (terdiri atas tujuh baris)
Contoh:
Gunung
Tampak padaku Gunung Semeru
Tinggi tampan bertumbuh kukuh
Petir menyambar topan menderu
Gunung bertahan tetap teguh
Gempa gempita gemparkan bumi
Guncang gelombang ngorbankan hati
Gunung menunggu tidak terharu.
                           Oleh: Intoyo
                           Dari: Pujangga Baru

Oktaf atau stanza (terdiri atas delapan baris)
Contoh:
Pertanyaan Anak Kecil
Hai kayu-kayuan dan daun-daunan!
Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan terang, senang?
Adakah angin tertawa dengan kamu?
Bercerita bagus menyenangkan hati?
Aku tidak mengerti kesukaan kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa?
                        Oleh: Marius Ramis Dayoh
                        Dari: Syair untuk ASIB

Soneta (terdiri atas empat belas baris yang terbagi dalam tiga quartain+satu distikon, satu quartain+dua terzina atau mungkin dengan variasi yang lain)
Contoh:
Pagi-pagi
Teja dan cerawat masih gemilang,
Memuramkan bintang mulia raya;
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.
Fajar di timur datang menjelang,
Membawa pertama ke atas dunia;
Seri-berseri sepantun mutia,
Berbagai warna, bersilang-silang.
Lambat laun serta berdandan
Timbullah matahari dengan perlahan;
Menyinari bumi dengan keindahan,
Segala bunga harumkan pandan,
Kembang terbuka, bagus gubahan;
Dibasahi embun, titik di dahan.
                                Oleh: Muhammad Yamin

Di Indonesia soneta dipopulerkan oleh Muhammad Yamin. Oleh karena itu, beliau diberi gelar sebagai Bapak Soneta Indonesia.
  • Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru.
Pantun
Kalau tuan mandi ke hulu,
ambilkan saja bunga kamboja.
Kalau tuan mati dahulu,
nantikan saya di pintu surga.

Puisi Baru
Kehilangan Mestika
Sepoi berhembus angin menyejuk dini
kelana termenung
Merenung air
lincang bermain ditimpa sinar
Hanya sebuah bintang,
kelip kemilau 
Tercampak di langit,
tidak berteman
Hatiku, hatiku,
Belumkah juga sejuk dibuat layu,
Girang beriak mencontoh air,
Atau laksana bintang berbinar-binar
Petunjuk nelayan di samudra lautan.
                              Oleh: A Kartahadimaja

Setelah membaca pantun dan puisi tersebut, kalian dapat mengetahui  perbedaan keduanya seperti terlihat berikut.
Puisi Lama
a. Setiap bait terdiri dari empat baris.
b. Satu bait sudah menyimpulkan satu isi atau membentuk pengertian yang lengkap.
c. Menggunakan kata-kata klise dan berisi nasihat.
Puisi Baru
a. Banyaknya baris tiap bait tidak tentu.
b. Terdiri dari beberapa bait yang setiap baitnya belum membentuk pengertian yang lengkap.
c. Kata-katanya bebas dan menggambarkan perasaan/keinginan penulis.

Sumber http://www.ilmubindo.com/

Belum ada Komentar untuk "Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Modern"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel