MONDOK TIDAK HARUS JADI KIAI


Menyekolahkan anak di pondok pesantren tidak berarti agar kelak dia jadi kiai. Karena pesantren tidak melulu mencetak seorang kiai. Tidak sedikit lulusan pesantren yang hanya menjadi orang biasa. Banyak pula lulusannya menjadi orang "luar biasa".

Yang terpenting dari memondokkan anak adalah niat untuk membekalinya kemampuan untuk berkhidmah kepada Allah, rosul dan syariatNya. Lalu, apa yang harus dikerjakannya?

Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh menjawab pertanyaan itu dalam satu wasiat untuk santri-santrinya, yang terangkum dalam Taujih Al-nabihi Limardloti Barihi.

Yang harus dilakukan adalah seperti apa yang semestinya dikerjakan seorang pembantu (khodim) pada majikannya atau hamba pada tuannya.

Jika terlintas dalam benak bahwa yang menjadi tujuannya adalah bisa membangun pondok, mengadakan majelis taklim, berbicara di depan khalayak, menonjol di antara sesama, atau popularitas tinggi maka hendaklah dia melakukan terapi hati. Karena tidak satupun dari itu semua yang patut dijadikan sebagai target. Sekalipun itu membangun pondok dan madrasah tetaplah bukan tujuan esensial yang berarti.

Lantas apa yang seharusnya jadi tujuan?

Mengemban amanah Allah dengan mencurahkan seluruh jiwa dan raga, segala kemampuan dan kekuatan, semua daya dan upaya untuk menjalankan syariat Allah serta menyebarkannya kepada sesama manusia, baik di toko, pasar, mobil, pesawat, bandara, masjid, lapangan, pesantren, sekolah, kantor pemerintahan dsb. Karena pembantu akan selalu berusaha memuaskan dan menyenangkan hati majikannya. Wallahu A'lam.


Sumber https://www.hanapibani.com/

Belum ada Komentar untuk "MONDOK TIDAK HARUS JADI KIAI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel