Majas Metonimia dan Sinekdoke Pada Novel Sang Pemimpi
Guruberbahasa.com-Majas Metonimia dan Sinekdoke Pada Novel Sang Pemimpi
Metonomia adalah penggunaan bahasa sebagai sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 3 data gaya bahasa metonomia, yaitu sebagai berikut.
1) Khawatir jagoannya ditangkap garong (SP, 13). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia karena kata “garong” dipakai untuk mengganti atribut objek yaitu Pak Mustar yang terkenal sangat keras,galak, dan disiplin tinggi.
2) Pangeran Mustika Raja Brana dan rombongannya dibawa ke ranch capo di pinggir kampong (SP, 173). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia karena kata “Pangeran Mustika Raja Brana” dipakai untuk mengganti atribut objek yaitu seekor kuda dari aria yang diberikan kepada Jimbron.
3) Berdebar-debar Jimbron meletakkan kakinya di pijakan sangga wedi untuk menaiki pangeran (SP, 179). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia karena kata “pangeran” dipakai untuk mengganti atribut objek yaiitu seekor kuda dengan julukan lengkap Pangeran Mustika Raja Brana.
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 4 data gaya bahasa sinekdoke, yaitu sebagai berikut.
1) Setelah empat puluh tahun bumi merdeka…(SP, 6). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke karena kata “bumi” sudah mewakili secara keseluruhan yaitu Negara Indonesia.
2) Anak cucunya malah malu membicarakan ilmu unik yang mungkin hanya dikuasainya sendiri sejagad raya ini (SP, 55). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke karena kata “sejagad raya” sudah mewakili secara keseluruhan yaitu yang artinya seluruh dunia ini.
3) Ialah bintang kejora pertunjukan sore ini (SP, 172). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke karena kata “bintang kejora” sudah mewakili secara keseluruhan yaitu mempunyai arti bintangnya bintang sore ini.
4) …demi menyampaikan jeritan hatinya pada belahan hatinya (SP, 201)). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke karena kata “buah hati‟ sudah mewakili secara keseluruhan yaitu mempunyai arti orang yang sangat dicintai dan itu adalah bagian dari hidupnya.
Sumber http://www.guruberbahasa.com/
Belum ada Komentar untuk "Majas Metonimia dan Sinekdoke Pada Novel Sang Pemimpi"
Posting Komentar